Search This Blog
Tuesday, December 13, 2016
Nothing Special [Eng]
There's nothing special in this picture. I took this picture on Sunday (18/9) after sunday service in one of the biggest shopping mall in Tainan.
This picture only show my friends walk and there are some local people which is Taiwanese. In Yellow circle I spot a father teach his son to bike a bicycle and in the red one, his brother made a way for his little brother so he got a free way in his bike lesson.
A Good Father...
But suddenly, I remembered, every one of us like this little boy when we were a young boy. When we learn how to bike, we always fall down.
Then my mind attentive to some verse come from an old scripture written by king David said "As a father has compassion on his children, so the LORD has compassion on those who fear him;"
I never feel like a home when I saw this picture. My mind updated again regarding Father's Love. There is an eternal Father for all of us, Father for fatherless or the orphan; Father for man and woman.
As my father, even I am a big boy now and almost become a man, but my father always take care of me, always provide what I need, not only what I need but also what I dont need he also provide me. He keep me from something bad even I can take care of my self. My father always ask me about my condition; so do our Eternal Father.
When I took this picture, this boy has already fallen and they tried to bike again. And what I witness is this father help his son to stand and try again to bike.
Tuesday, September 13, 2016
H.O.P.E
"Tetapi seperti ada tertulis :"Apa yang tidak pernah dilihat oleh mata, dan tidak pernah didengar oleh telinga, dan yang tidak pernah timbul di dalam hati manusia: Semua yang disediakan Allah untuk mereka yang mengasihi Dia" 1 Korintus 2:9
Tidak pernah terlintas dalam benak ketika 3 tahun yang lalu bisa keluar negri tanpa bantuan orang tua. Seperti banyak traveler yang mengungkapkan bahwa travelling is addicted. Setelah mendapatkan visa Jepang, USA, dan akhirnya saya pun mendapatkan visa ketiga saya, yaitu TAIWAN.
Sebuah (mungkin) negara yang tidak terlalu besar tapi bisa dikatakan negara maju dalam banyak bidang. Walaupun negara Taiwan belum diakui oleh beberapa negara lainnya bahkan PBB, tapi Taiwan memiliki daya tarik tersendiri untuk beberapa traveler khususnya yang dari Indonesia.
Mungkin ada beberapa segelintir orang yang menanyakan, mengapa saya memilih taiwan dibandingkan negara lain. Well, since Taiwan offer scholarship without any terms and conditions (tidak seperti beasiswa yang dari pemerintah itu), pendidikan di Asia juga tidak kalah majunya dengan pendidikan di Eropa dan Amerika. Bahkan, dari diskusi dengan beberapa senior, pendidikan di salah satu benua di dunia ini telah "dicemari" oleh paham humanisme yang membuat ilmu pengetahuan tidak pada faedahnya lagi.
Tidak hanya itu, pemilihan Taiwan juga didasarkan oleh bahasa nya sendiri. Bahasa mandarin telah diakui sebagai bahasa resmi dari Perserikatan Bangsa-Bangsa dan akan menjadi bahasa universal yang bisa saja menggantikan bahasa inggris sebagai bahasa pemersatu.
Dari beberapa sedikit alasan itulah saya memilih Taiwan sebagai negara tujuan untuk melanjutkan S2 saya.
Lost Hope
Pada bulan januari 2016, beberapa universitas di Taiwan telah membuka pendaftaranya untuk international student, dan ada 2 universitas yang mendapatkan perhatian saya. NTUST (National Taiwan University of Science and Technology) dan NCKU (National Cheng Kung University). Untuk NTUST saya memilih Industrial Management dan untuk NCKU saya memilih IMBA (International MBA dan Industrial Management) Kedua universitas ini mendapatkan banyak perhatian saya karena banyak senior saya yang melanjutkan S2 di kedua tempat ini dan kedua universitas ini juga sering "kejar-kejaran" dalam hal ranking (setelah NTU, karena NTU yang terbaik di Taiwan)
Karena masih mengurusi urusan yudisium di awal tahun ini, maka waktu untuk melakukan pendaftaran di kedua universitas ini mengalami hambatan sehingga saya baru bisa melakukan pendaftaran di bulan maret, mendekati deadline dari admission kedua universitas ini. Tidak hanya itu, kesibukan dari wisuda 113 ITS juga membuat perhatian saya terbagi menjadi dua.
Beberapa kendala pun harus saya hadapi. Untuk NTUST sendiri, mereka menginginkan beberapa dokumen harus dikirimkan dalam bentuk hardcopy dan deadline dari admissionya sendiri sudah h-4 hari. saya pun berusaha mencari tahu tentang jasa pengiriman ke Taiwan dan ternyata pengiriman ke Taiwan membutuhkan waktu 3-4 hari kerja. Padahal waktu itu hari Jumat dan deadline nya adalah hari selasa. otomatis tidak ada waktu untuk mengirimkan berkas tersebut. Sehingga, untuk NTUST sudah tidak ada harapan lagi.
Akhirnya my last hope is in NCKU. Karena deadline juga yang telah mendekati ajal, ada beberapa dokumen yang tidak saya persiapkan dengan baik dan terkesan asal-asalan tapi untungnya NCKU hanya meminta semua dokumen dikirim via ONLINE. Seperti nilai TOEFL yang saya yang telah kedaluarsa dan recommendation letter dari dosen yang terkesan "asal jadi", biografi dan study plan yang seadanya dan sebagainya. Sebelumnya, NCKU meminta untuk melakukan pembayaran uang pendaftaran yang cukup mahal jika dirupiahkan sehingga mau atau tidak mau saya harus melaksanakan prosesi admission ini supaya uang pendaftaran saya tidak sia-sia. Akhirnya setelah meng-upload semua dokumen tepat h-1 sebelum deadline, saya pun merasa tenang tetapi banyak intimidasi yang membuat saya pesimis dalam hal menanti pengumuman NCKU ini.
TOEFL merupakan salah satu dokumen yang sangat esensial karena tanpa TOEFL orang-orang akan tahu seberapa bisa kita dalam berbahasa. Dan dokumen TOEFL yang saya kirim telah kedaluarsa sehingga membuat saya hilang harapan diterima di NCKU.
Karena saya tau, saya sudah pasti tidak diterima oleh NCKU, akhirnya saya pun mempersiapkan diri untuk mengambil IELTS dan mencari universitas lain yang memberikan beasiswa lokal dari pemerintah negara tujuan atau beasiswa dari universitas.
Nothing is Impossible in God
Selama mempersiapkan IELTS test, saya pun juga berdoa. Iya, tidak ada hal lain yang bisa mengobati rasa kehilangan pengharapan selain berdoa.
Doa yang saya panjatkan pun bisa dibilang salah, karena saya berdoa untuk keinginan ku sendiri.
Dan saya pun belajar bahwa hubungan kedekatan kita dengan sang Pencipta tidak ditentukan oleh hal-hal yang duniawi. Saya belajar bahwa apa yang menjadi keinginan kita belum tentu menjadi keinginan Tuhan. Akhirnya setelah beberapa minggu berdoa agar apa yang saya inginkan terpenuhi, saya pun berdoa agar apapun kehendakNya yang terjadi dan apapun kehendakNya baik itu sesuai dengan keinginanku ataupun tidak, saya akan tetap mencintaiNya.
Seperti yang Mario Teguh katakan, doa membuat kita lebih tenang dan lebih ikhlas dalam menghadapi sesuatu. Dan itu juga terjadi terhadap saya. Saya pun lebih tenang dan lebih ikhlas jika saya lulus atau tidak lulus. Because all I need is not those Universities, but all I need is a favor from God.
Karena Doa yang membuat saya tenang dan ikhlas, dan karena DOA yang membuat saya lebih mengerti kehendak Pencipta, akhirnya dengan DOA pun saya menghadapi hari H pengumuman NCKU.
Karena pengumumanya secara online di website, saya pun leluasa melihat nama-nama orang lain yang dinyatakan lulus.
Ada 27 halaman yang menyatakan kelulusan calon mahasiswa s2 dari seluruh dunia.
Dan ketika saya melihat nomor 300, saya pun tidak mempercayainya karena nomor 300 adalah nama saya dengan admission status : ACCEPTED.
Tidak ada yang bisa menggagalkan kehendak Tuhan. Saya pun bersyukur untuk perasaan Lost Hope yang saya alami sebelumnya yang akhirnya membuat saya mengerti tentang DOA dan Kehendak Tuhan. Ternyata Tuhan memiliki rancangan yang indah bagi setiap umatnya.
"Sebab aku ini mengetahui rancangan-rancangan apa yang ada pada-Ku menegnai kamu, demikianlah FIRMAN TUHAN, yaitu rancangan damai sejahtera dan bukan rancangan kecelakaan, untuk memberikan kepadamu hari depan yang penuh harapan"
Subscribe to:
Posts (Atom)