Untuk hari kedua, kami pun bersiap-siap untuk mengikuti Model United Nations Conference in Kobe City. Setelah mengenakan business attire, kami pun bergegas menuju Subway untuk mendapatkan kereta bawah tanah menuju Kobe City.
Kembali lagi karena permasalahan bahasa, kami pun tidak dapat membaca petunjuk yang diberikan oleh petugas kepada kami agar kami bisa sampai ke Kobe City dengan selamat. bahkan kebingungan kami pun memuncak ketika kami harus menghapal loop-line dan berapa kali kami harus pindah kereta serta jadwal setiap kereta dan juga gate setiap kereta harus di hafal karena itu semua lah yang akan membawa kami ke Kobe City.
petunjuk kereta untuk ke Kobe |
Dengan penuh dengan kesoktauan kami, kami pun berusaha mengikuti arah aliran manusia yang ada di pusat perbelanjaan tersebut dan akhirnya kami pun tiba di stasiun.
Kami pun kembali bingung karena kami tidak mengetahui kereta nomor berapa agar kami bisa ke kobe city. Rizal pun sempat menanyakan kepada petugas lokal which is warga lokal juga yang which is gak bisa bahasa inggris. alhasil kami pun sempat terdiam beberapa saat dan akhirnya mata saya pun terdiam di 2 orang yang kelihatannya "agak" bingung tetapi tidak sebingung kami. warna kulitnya pun sawo matang dan sangat berbeda dengan kulit orang jepang. seorang perempuan dan laki-laki itu pun saya hampiri dan dengan sangat percaya diri saya langsung bertanya "orang Indonesia ya?" sontak mereka pun kaget dan mengiyakan pertanyaan saya tersebut. dan ternyata mereka juga akan mengikuti JUEMUN yang diadakan di Kobe. Mereka adalah aya dan icang, mahasiswa dari Universitas Indonesia yang akhirnya bersama-sama ke Kobe. Singkat cerita karena persiapan mereka sangat matang, kami pun tiba di Kobe dan mengikuti JUEMUN hingga akhir
JUEMUN merupakan salah satu MUN yang sangat kami rekomendasikan karena mereka menyediakan hospitality yang sangat bagus selama kami ada di Kobe
Saya pun bertemu dengan teman baru yaitu Kotaro yang menjadi teman sekamar saya di hotel selama MUN. dia sangat baik dan sangat ramah kepada saya dan rizal. bahkan dia sampai mengantarkan kami sampai stasiun terakhir sebelum mencapai KIX, karena kami harus kembali ke Osaka untuk melanjutkan perjalanan kami ke SENDAI
Rizal, Kotaro, dan saya |
BUDAYA KETIKA DIDALAM KERETA
Memang saya harus mengakui bahwa budaya moral orang-orang Jepang itu sangat tinggi. saya pun harus salut dan mengatakan bahwa integritas mereka terhadap privasi dan waktu sangat tinggi. ada beberapa nilai yang bisa saya sharingkan mengenai kebudayaan di dalam kereta orang-orang Jepang, versi pengalaman saya.
1. Tahu Diri
Peristiwa ini ketika saya dan rizal pertama kalinya datang ke Jepang ketika perjalanan dari KIX ke OSAKA. ketika itu kereta masih kosong dan saya pun duduk di kursi. ketika kereta tersebut berhenti di salah satu stasiun, ada wanita paruh baya sekitar 40-50 tahun masuk dalam kereta dan keadaan kereta sudah penuh. memang di dalam kereta tersebut ada kursi khusus untuk orang-orang tua yang biasanya di berikan warna pink. ketika itu saya duduk di kursi yang "normal" yang diperuntukan untuk semua golongan.
Karena keibaan saya melihat wanita ini, akhirnya dengan sedikit bahasa Jepang dan bahasa Inggris saya pun mempersilahkan wanita tersebut untuk duduk di kursi saya. Dia pun sempat menolak dengan mengucapkan "Arigatou....... (lupa saya selanjutnya)" dengan bahasa isyarat yang menandakan dia tidak mau duduk dan menyuruh saya untuk duduk kembali.
karena dasar orang Indonesia yang agak keras, akhirnya saya bersikukuh untuk menyuruhnya duduk. dan saya langsung berdiri dan tidak mendengarkan bahasanya lagi. ketika saya berdiri, wanita itu juga tetap berdiri dan tidak mau duduk di kursi saya padahal saya sudah menyuruhnya untuk duduk. hingga saya turun dari kereta itu pun beliau tidak mau duduk.
mungkin ini adalah budaya tahu diri orang Jepang bahwa hak kursi itu adalah hak saya dan bukan haknya. mereka tahu diri akan hak dan kewajiban mereka dan sudah menjadi kebudayaan untuk menghormati hak orang lain.
2. Ramah!
Siapa yang bilang bahwa orang Jepang itu tidak ramah sama sekali? Sebenarnya orang Jepang sangat Ramah, ini terbukti ketika kami ada di dalam kereta dan bingung hendak mau menggunakan kereta apa ketika kami di Osaka, kami pun bertanya kepada penduduk lokal sembari memperlihatkan peta yang kami bawah. dengan bahasa Jepangnya dan dengan sedikit bahasa inggris yang kurang dari pas-pasan, orang Jepang tersebut menjelaskan dengan sangat sabar rute perjalanan kami dengan senyuman yang sangat ramah. yah, mungkin dia tahu bahwa kami ini adalah pelancong yang ada di Jepang.
Bahkan ketika kami mengunjungi salah satu kuil yang ada di Sendai City, kami sempat berbincang-bincang kepada salah seorang wanita tua yang kebetulan mendapatkan "anak angkat" dari hasil proses pertukaran pelajar antara Jepang dan Amerika Serikat. at least kami memiliki translator English-Japanese dan sebaliknya. disitu kami bertanya tentang kehidupan dan keluargnya. dia sangat ramah menjelaskan tentang kehidupanya dan tentang keluarganya. mereka sangat Ramah!
3. Privacy Please
Orang Jepang sangat menghargai privasi dari setiap orang yang ada di dalam kereta. ciri-ciri ketika seseorang tidak mau di ganggu privasinya adalah ketika di dalam kerete mereka menggunakan headset serta membaca buku. Mungkin beberapa orang mengatakan bahwa orang Jepang tidak ramah karena mereka cuek. sebenarnya mereka tidak cuek, mereka hanya menghormati privasi setiap orang. buktinya ketika kami bertanya kepada warga lokal yang ada di dalam kereta dia pun dengan sangat ramah menjelaskan rute perjalanan kami. bahkan saking menjaganya privasi, jika ada 2 orang teman naik ke kereta yang sama, mereka akan meminimalisir percakapan agar tidak menganggu penumpang yang lain. sangat berbeda dengan saya dan Rizal yang setiap saat sangat ribut kretika kami ada di atas kereta. hehehehhe...
4. NO PHONE ON TRAIN
Sebenarnya aturan ini sama seperti point ke tiga. mereka hanya menyalakan handphone untuk mendengarkan musik, membaaca berita atau texting dengan teman mereka.
kejadian ini terjadi saat kami bermasalah di bandara Sendai dan kami pun hendak menelpon teman kami yang menolong kami selama ada di Sendai. ketika kami panik menelpon dia, dia langsng berkata "Bentar yah di kereta gak boleh nelpon" dan telpon pun langsung dimatikan di tengah-tengah kepanikan kami
Mungkin saya tidak akan banyak menulis untuk perjalanan saya selama ada di Jepang, mungkin untuk masalah di Bandara Sendai bisa di baca di blog link partner saya selama ada di Jepang Bertengkar dengan petugas bandara dan sisa perjalanan kami adalah hanya berkeliling tempat wisata di Sendai serta mengunjungi beberapa universitas yang cukup ternama di Sendai...
sesaat sebelum masalah dengan petugas |
ketika saya bermasalah di bagian migrasi di KIX, karena saya mebawa tiruan samurai di dalam tas ransel saya (harus masuk ke dalam bagasi ternyata hhehe) |
Tetapi di akhir kata untuk perjalanan Jepang ini (karena ada cerita yang lebih besar lagi daripada ini) saya mau kembali mengutip kata-kata dari salah seorang ambasador PBB bidang keamanan yang waktu itu diterbangkan langsung dari New York City. ketika itu saya dan salah seorang teman sempat berbincang-bincang singkat dan pribadi dengan beliau. beliau berpesan seperti ini
"If you have a big dream, keep it tight or someone will take your dream"
yes, dari pembicaraan pribadi kami, saya hanya dapat mengingat kata-kata ini yang sampai sekarang saya sampaikan kepada orang-orang yang dipercayakan kepada saya untuk saya bawa naik dan terbang dengan mimpi-mimpinya.
Bahkan ketika engkau bermain di dalam "perangkap" zona nyamanmu sendiri tidak akan membuat mu lebih berkembang. bahkan bisa saja engkau malah menurun dalam banyak hal.
Tidak ada yang salah dengan mimpi yang besar. bahkan dalam kepercayaan saya pun dibilang
"...Mintalah maka engkau akan diberikan..."
Tidak ada yang salah ketika engkau mau bermimpi segila apapun...
bukan sesuatu yang haram ketika engkau bermimpi untuk sesuatu yang mustahil...
Tidak akan ada yang melarang untuk memiliki mimpi-mimpi itu...
tetapi apakah anda MAU berusaha untuk mewujudkanya?
apakah anda MAU untuk berdiri lagi ketika sudah jatuh sebanyak 100 kali?
Jangan pernah menyerah kepada keadaan anda, bahkan ketika seolah-olah tidak ada lagi yang akan menolong anda untuk mewujudkanya, percayalah masih ada Tangan kuat dan tak terlihat itu yang akan selalu memegang tangan kanan anda untuk mewujudkan mimpi-mimpi yang telah anda rencanakan.
tetaplah bermimpi, BERMIMPI YANG BESAR.
Dan kiranya Tuhan selalu melimpahkan damaiNya kepada kita semua
No comments:
Post a Comment